160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

Sejumlah Tokoh Kritisi Ide City Branding “Grobogan Bumi Pepali”

Ide slogan “Grobogan Bumi Pepali” yang digaungkan Camat Penawangan, Yunus Suryawan. (Smartgro/Yunus S)

Smart Gro, Grobogan – Selain “Grobogan Bumi Ki Ageng” yang digagas oleh founder Candi Joglo, Muhadi, ada juga ide city branding yang digaungkan Camat Penawangan, Yunus Suryawan. Ide itu adalah slogan “Grobogan Bumi Pepali”.

Slogan “Grobogan Bumi Pepali” sendiri pertama kali digagas oleh Kiai Rohib Sumowijoyo, pengasuh Pondok Pesantren Al-Madinah Wates, Kradenan, beberapa tahun lalu, saat menjabat sebagai Ketua Lesbumi PCNU Kabupaten Grobogan.

Ide slogan itu, saat ini, digaungkan kembali oleh Yunus Suryawan bersama Paguyuban Kasepuhan Wijaya Kusuma Grobogan saat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Grobogan sedang menggodok city branding Grobogan.

Landasan di Balik Ide Grobogan Bumi Pepali

Yunus Suryawan dalam tulisannya tentang Gagasan City Branding Kabupaten Grobogan setebal 21 halaman menyatakan, pihaknya telah berdiskusi dengan beberapa tokoh Grobogan mencoba merangkum dan merenungkan ikon city branding “Grobogan Bumi Pepali”.

Menurutnya, ide slogan “Grobogan Bumi Pepali” berdasar pada pemikiran bahwa Grobogan memiliki tokoh sentral Ki Ageng Selo dengan karya monumental Suluk Pepali. “Pepali itu nasehat, pepeling yang jangan dilupakan. Di mana ilmu dan kebijaksaan menjadi dasar kemanusiaan dan kemajuan serta keunggulan,” tambah Yunus Suryawan.

Sejumlah argumentasi yang melandasi ide slogan “Grobogan Bumi Pepali” pun dikemukakan Yunus Suryawan, di antaranya yang relevan adalah mengangkat karya tokoh dan karya itu melekat dan dihormati di Grobogan sebagai daerah yang melahirkan karya dan tokoh panutan pembawa perubahan ke arah kebaikan, yaitu “Suluk Pepali “.

Lalu, memunculkan potensi yang terpendam “the scret of Grobogan/of Java”. Rahasia yang bukan mitos yang menjadi rahasia perubahan dan kemajuan Mataram dalam spirit dan gaideng (mungkin maksudnya guidance—red).

Goal (puncak tujuan) dengan mengangkat slogan city branding “Grobogan Bumi Pepali” yang disebut Yunus Suryawan sebagai konsekuensi, di antaranya adalah memelihara warisan situs leluhur, melestarikan ajaran leluhur, meneruskan nilai luhur leluhur sebagai gaiden (mungkin maksudnya guidance—red), dan mengangkat serta mengkader tokoh Grobogan yang bisa menjadi panutan pemberi tutur sembur dan wuwur.

City Branding Seharusnya Bukan Ikon Tokoh Perseorangan

Terkait ide “Bumi Pepali” sebagai slogan city branding Kabupaten Grobogan, budayawan yang juga pendiri Candi Joglo, Muhadi, angkat suara. Menurutnya, city branding adalah cara mengajak dan menawarkan segala potensi yang dimiliki suatu daerah, agar mereka mau datang berkunjung, hingga berdampak baik pada perekonomian dan kehidupan sosial daerah tersebut.

Ide “Bumi Pepali”, menurut Muhadi, jauh dari tujuan itu. Dalam arti, tidak mencerminkan segala potensi Grobogan, kecuali hanya mewakili satu potensi saja.

Menurut Muhadi, city branding Grobogan seharusnya dan sudah semestinya tidak hanya cermin salah satu ikon obyek perseorangan, namun tag line harus bisa membawa wajah Grobogan sebagai subjek sumber daya manusia dan sumber daya alam yang dimiliki.

“Hingga masyarakat luas bisa tahu dan tertarik berkunjung ke bumi Grobogan,” tukas Muhadi lebih lanjut.

Menilik sejarah peradaban dan kebudayaan yang panjang di bumi Grobogan, menurut Muhadi lebih lanjut, serta meningkatnya nilai ekonomi sebagai wilayah penyangga pangan nasional dengan hasil bumi unggulan seperti jagung, padi, dan kedelai, menjadikan Grobogan sebagai pusat ekonomi bisnis yang potensial dan menjanjikan.

Bahkan menurut Muhadi, jejak sejarah panjang Grobogan membawa cerita tersendiri tentang lahirnya peradaban manusia modern Kerajaan Medhang Kamulan dan Ajisaka yang menurunkan huruf Jawa Honocoroko, yang merupakan sejarah peradaban besar hingga saat ini yang menjadi latar belakang lahirnya budaya Jawa.

Nilai-nilai luhur spiritual dan religius para leluhur Ki Ageng di Grobogan memberikan sumbangsih besar terhadap kehidupan menjadi cikal bakal kerajaan Mataram Islam hingga menjadi kerajaan besar hingga sekarang .

“Dari merekalah nilai- nilai luhur mampu mempengaruhi sudut pandang kehidupan sosial dan perpolitikan Nusantara hingga masa kini,” jelas Muhadi.

Dari sudut pandang itulah, Muhadi berpendapat slogan yang menggambarkan Kabupaten Grobogan yang besar dari segala hal dan luas dengan berbagai macam sudut pandangnya adalah tagline “Grobogan Bumi Ki Ageng”.

Tagline ini, menurut Muhadi, menggambarkan segalanya dengan memiliki makna histori, budaya, sosial , ekonomi, pendidikan, dan perpolitikan yang besar hingga menjadi trigger generasi kita bangkit dari keterpurukannya tentang budaya dan segalanya.

Bumi Pepali, menurut Muhadi, juga termasuk dalam pemaknaan “Grobogan Bumi Ageng”  yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari nilai leluhur para Ki Ageng di Kabupaten Grobogan ini.

Bumi Pepali Sangat Tidak Tepat Dijadikan Slogan City Branding

Penulis yang saat ini konsens dengan penulisan sejumlah sejarah lokal di Grobogan, Badiatul Muchlisin Asti, sepakat dengan apa yang disampaikan Muhadi. Meski tidak sependapat dengan ide Muhadi tentang slogan “Grobogan Bumi Ki Ageng”, pria yang akrab disapa Asti itu menyatakan, slogan Bumi Pepali sangat tidak tepat dijadikan sebagai city branding Grobogan.

Menurut Asti, city branding seharusnya merepresentasikan citra potensi lokal Grobogan, tidak hanya satu objek saja. Bumi Pepali sangat tidak tepat dijadikan sebagai city branding karena hanya menonjolkan satu sosok Ki Ageng Selo, yang konsekuensinya hanya satu objek saja yang di-highlight, yaitu destinasi wisata ziarah makam Ki Ageng Selo.

“Hal itu tentu sangat kontraproduktif bagi masa depan pengembangan ekonomi dan kepariwisataan Grobogan secara umum dan bertolak belakang dengan tujuan city branding,” jelas Asti.

Selanjutnya, menurut Asti, dari sisi kebahasaan, ide Bumi Pepali juga sangat problematis. Meski bisa dimaknai sebagai nasehat, pesan, dan wejangan, namun makna asal pepali adalah larangan.

Dalam Kamus Basa Jawa (Bausastra Jawa) Edisi Kedua yang disusun oleh Tim Balai Bahasa Yogyakarta (Kanisius, 2011) disebutkan, pepali berasal dari kata dasar pali yang artinya “larangan (pepacuh) saka wong tuwa-tuwa turun temurun.”

Juga dalam Kamus Lengkap Bahasa Jawa karya S.A. Mangunsuwito (Yrama Widya, Cet. IX, 2009) juga menyebutkan arti pepali sebagai “pepacuh saka wong tuwa turun-temurun”. Bahkan di kamus ini, ada entri pamali yang diartikan sebagai pepali. Artinya, kata pepali serumpun dengan kata pamali yang dalam bahasa Sunda berarti pantangan.

“Maka, bila diartikan secara literal, Grobogan Bumi Pepali bisa diartikan sebagai Grobogan Bumi Larangan atau Grobogan Bumi Pantangan, yang itu tentu secara citra sangat tidak menguntungkan dan sangat tidak tepat dijadikan sebagai slogan city branding,” pungkas Asti.

Makna itu pula yang menjadikan penulis dan pemerhati bahasa Jawa asal Purwodadi, Mohammad Ngafenan, tidak setuju bila kata Pepali dijadikan sebagai slogan city branding karena pepali berarti larangan atau pepacuh.

Pepali itu lebih tepat dijadikan sebagai panduan bersikap dan berperilaku dalam kehidupan, ketimbang sebagai branding kota,” tutur Mohammad Ngafenan yang baru saja merampungkan naskah berjudul Tesaurus Bahasa Jawa setebal 1.200-an halaman.

“Secret of Java” Lebih Mempresentasikan Local Genius Grobogan

Menurut Asti, ide “Grobogan Bumi Ki Ageng” secara pemaknaan juga senada dengan ide slogan “Grobogan Bumi Pepali” meski lebih agak lebih luas, namun masih belum mencitrakan wajah potensi lokal Grobogan.

Menurut Asti, slogan yang lebih tepat untuk city branding Grobogan adalah “Secret of Java” yang lebih merepresentasikan wajah potensi lokal Grobogan dalam banyak sisi, baik potensi ekonomi maupun sejarah dan budaya.

Kamus Oxford, sebagaimana dikutip artikel berjudul Apa Arti Secret dalam Bahasa Inggris? Ini Penjelasannya (Kumparan.com, 4/7/2023) mengartikan secret sebagai rahasia. Dalam konteks umum, scret adalah sesuatu yang dirahasiakan atau tidak diketahui oleh orang lain.

Istilah ini umumnya merujuk pada informasi, pengetahuan, atau fakta yang disimpan dengan sengaja atau tidak disampaikan secara terbuka kepada orang lain. Biasanya, “secret” berhubungan dengan hal-hal pribadi, intim, atau rahasia yang ingin tetap terjaga kerahasiaannya.

Namun, dalam bahasa gaul atau slang, yang umum digunakan, arti “secret” dapat berbeda. Dalam konteks ini, istilah “secret” sering digunakan untuk menyampaikan sesuatu yang menarik, mengejutkan, atau tersembunyi, bukan dalam arti yang sebenarnya “rahasia”.

Penggunaan istilah secret ini bertujuan justru untuk menarik perhatian atau memicu rasa penasaran pada orang lain. Misalnya, dalam kalimat “I have a secret to tell you,” maksudnya mungkin bukan informasi yang benar-benar dirahasiakan, tetapi lebih kepada sesuatu yang menarik atau mengejutkan yang ingin dibagikan.

Arti “scret” secara slang inilah yang umum digunakan dalam banyak tulisan dan artikel, di mana scret justru digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang sangat menarik dan menakjubkan. Seperti kata “hidden gem” yang juga marak digunakan untuk menyebutkan hal-hal (biasanya wisata dan kuliner) tersembunyi yang menarik untuk dikunjungi.

“Dalam konteks makna itulah secret of Java diletakkan. Karena faktanya, di Grobogan banyak potensi-potensi lokal tersembunyi yang menakjubkan, terutama dari sisi sejarah dan kekayaan budaya sebagaimana yang telah saya sebutkan dalam artikel yang saya tulis beberapa waktu lalu berjudul Menggagas City Branding Grobogan,” jelas Asti.

Karena itulah, Asti lebih setuju dan berharap “Grobogan Secret of Java” ditetapkan sebagai slogan city branding Grobogan. Karena secara makna sangat relevan dalam upaya penguatan branding kota, juga dari sisi pilihan kata terdengar lebih keren, terutama bagi anak-anak muda.

Influencer Grobogan yang juga founder @Asligrobogan, Teguh Arseno sepakat dengan gagasan “Secret of Java” sebagai slogan city branding Grobogan. Menurutnya, dari sisi branding ke anak-anak milenial dan Gen Z, akan lumayan susah bila Bumi Pepali atau Bumi Ki Ageng dijadikan slogan.

“Kata Bumi Pepali atau Bumi Ki Ageng akan terasa asing untuk generasi saat ini, dan mereka cenderung kurang klop dengan slogan ini. Padahal secara demografi, generasi milenial dan Gen Z mendominasi di masa sekarang ini,” tegas Teguh Arseno.

Ketua Tim Pelaksana Komite Ekonomi Kreatif (KEK) M. Nugroho Adi Kuncoro juga sepakat dengan “Secret of Java” sebagai slogan city branding Grobogan. “Slogan itu sebenarnya yang mencetuskan adalah Sekda Moh. Sumarsono sekitar tahun 2018, saat saya menghadap beliau,” cerita pria yang akrab disapa Pak Nug itu.

“Ketika itu saya hanya menyampaikan berbagai potensi dan kearifan lokal yang dimiliki Grobogan seperti dalam bidang pangan, budaya, sejarah, dan lain-lainnya. Kemudian beliau mencetuskan kata-kata Secret of Java,” cerita Pak Nug lagi.

Karena itu, dia sependapat dan setuju bila Secret of Java dijadikan sebagai slogan city branding Grobogan. Karena slogan ini, menurutnya, lebih mewakili dan merepresentasikan wajah potensi atau local genius Grobogan di samping landasan historis-nya kuat.

Editor: Abu Fathan

Portal berita dan informasi yang disajikan secara cerdas dan mencerahkan.

Anda Mungkin Juga Menyukainya
Telah terbit buku GROBOGAN UNTOLD STORY

Mengupas cerita-cerita yang jarang diungkap menyangkut tokoh, tradisi, dan kuliner Grobogan

Promo Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau !

You cannot copy content of this page