160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

Sarapan Sega Pecel Gambringan di Puri Anjasmoro Semarang

Warung Nasi Pecel Gambringan Mbah Sri di Jalan Raya Anjasmoro, Semarang. (Smartgro/Badiatul M. Asti)

Smartgro, Semarang – Ini kulineran tidak sengaja. Target saya pengin sarapan lontong Cap Go Meh di Puri Anjasmoro, Semarang. Tapi sampai tempat, lontong sudah habis. Padahal baru jam 9 lewat dikit.

Saat tadi perjalanan menuju ke kedai lontong Cap Go Meh, saya tak sengaja melihat warung sega pecel Gambringan. Jadilah, karena gagal sarapan lontong Cap Go Meh, saya langsung putar balik menuju warung sega pecel Gambringan yang saya lihat tadi.

Asyik juga kayaknya menikmati sega pecel Gambringan di Kota Semarang. Sega pecel Gambringan adalah kuliner khas Grobogan.

Disebut sega pecel Gambringan karena dulunya dijajakan di Stasiun Gambringan, sebuah stasiun kereta api yang terletak di Dusun Pucangkidul, Desa Tambirejo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan.

Sejarahnya, dulu, banyak warga Desa Tambirejo yang berdagang nasi pecel dengan menggendong atau menyunggi dunak di dalam kompleks Stasiun Gambringan. Mereka bahkan berjualan di dalam gerbong kereta menjemput pembeli.

Tahun 2012, PT KAI mengeluarkan regulasi yang melarang pedagang makanan di dalam stasiun. Regulasi itu membuat para pedagang sega pecel Gambringan tak lagi bisa berjualan di dalam stasiun.

Sejak saat itu, para pedagang sega pecel Gambringan mencari lokus-lokus baru sebagai tempat berdagang. Selain di wilayah Kabupaten Grobogan, juga berjualan di luar kota, di antaranya di Kota Semarang

Mereka, selain alumni pedagang sega pecel di Stasiun Gambringan, juga para pendatang baru yang mencoba peruntungan dengan berjualan sega pecel Gambringan, yang sejak pelarangan itu mulai hits dan banyak dicari pelanggannya.

Sega pecel Gambringan Mbah Sri, disajikan dengan pincuk daun pisang. (Smartgro/Badiatul M. Asti)

Salah satu pendatang baru bernama Sri Minarti (62) atau biasa disapa Mbah Sri, warga Purwodadi yang sudah sejak tahun 1985 tinggal di Kota Semarang. Mbah Sri mengaku mulai berjualan sega pecel Gambringan sejak tahun 2016. Warungnya berada di Jalan Anjasmoro Raya, Semarang.

Sebelum berjualan sega pecel Gambringan, Mbah Sri adalah seorang bakul belanjan, pedagang keliling yang melayani para ibu kompleks perumahan di Puri Anjasmoro aneka kebutuhan dapur.

Mbah Sri memutuskan berjualan sega pecel Gambringan karena merasa mempunyai kemampuan membuat sambalnya. Kemampuan itu diwarisi dari almarhumah neneknya yang asli Desa Tambirejo dan juga pernah berjualan nasi pecel di Stasiun Gambringan.

Menurut Mbah Sri, membuat sambal pecel Gambringan musti memiliki kemampuan menakar komposisi antara kacang tanah dan gula merah. Bila komposisinya tepat, maka akan menghasilkan pecel Gambringan yang enak dan sedap, dengan cita rasa manis yang pas alias tidak terlalu dominan.

Mbah Sri mengaku, setelah sekitar enam tahun berjualan sega pecel Gambringan, dia mulai memiliki banyak pelanggan, baik dari dalam Kota Semarang maupun luar kota, seperti Kendal. Dalam dua atau tiga hari, Mbah Sri setidaknya menghabiskan 20 kg sambal pecel yang diraciknya sendiri.

Sambal pecel Gambringan umumnya dibuat tanpa penyedap rasa. Cita rasanya otentik murni dari bumbu rempah meliputi kencur, bawang, dan daun jeruk, yang dipadu dengan kacang tanah dan gula merah.

Adapun sayurannya, yang khas dari sega pecel Gambringan adalah bunga turi dan daun pepaya, dipadu dengan kecambah. Lauk pelengkap menyantap sega pecel Gambringan, selain gorengan seperti bakwan dan mendoan, yang otentik sejak dulu adalah rempeyek.

Di warung Mbah Sri, selain aneka gorengan, juga tersedia rempeyek ebi dan kacang. Ada juga kerupuk gendar yang tak kalah sedap dan kriuk. Cara penyajian pecel Mbah Sri masih tetap otentik dengan pincuk daun pisang.

Lokasi warung tenda Nasi Pecel Gambringan Mbah Sri berada di pinggir Jalan Raya Anjasmoro, tepatnya di seberang Rumah Makan Nasi Ayam Bu Pini, Jalan Anjasmoro Raya 56B, Semarang.

Bila sedang plesir atau nglencer ke Semarang, yuk agendakan sarapannya di warung Nasi Pecel Gambringan Mbah Sri.

Editor: Abu Fathan

Penulis dan citizen journalist yang menyukai (kajian) Islam, kuliner, dan sejarah.

Anda Mungkin Juga Menyukainya
Telah terbit buku GROBOGAN UNTOLD STORY

Mengupas cerita-cerita yang jarang diungkap menyangkut tokoh, tradisi, dan kuliner Grobogan

Promo Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau !

You cannot copy content of this page