160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

Puasa Sunah Enam Hari di Bulan Syawal: Keutamaan, Tata Cara Pelaksanaan, dan Faedahnya

SmartGro – Dengan berakhirnya bulan Ramadan, maka kaum Muslimin memasuki bulan berikutnya, yaitu bulan Syawal. Bila di bulan Ramadan kaum Muslimin diwajibkan melaksanakan puasa sebulan penuh, maka di bulan Syawal kaum Muslimin disunahkan mengamallkan puasa enam hari.

Pensyariatan puasa enam hari di bulan Syawal itu sendiri berdasarkan sebuah hadits Nabi Saw,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barang siapa berpuasa di bulan Ramadan, kemudian mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang masa. [HR. Jama’ah ahli hadis selain Bukhari dan an-Nasa’i].

Keutamaan Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

Berdasarkan hadits di atas, mayoritas ulama menilai sunah berpuasa enam hari di bulan Syawal. Selain menjadi landasan kesunahan berpuasa sunah enamm hari di bulan Syawal, hadits di atas juga menginformasikan keutamaan puasa sunah enam hari di bulan Syawal sebagai penyempurna puasa Ramadan untuk meraih pahala puasa satu tahun.

Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam kitab Latha’iful Ma’arif menyatakan, puasa Ramadan dan puasa enam hari di bulan Syawal setara dengan puasa sepanjang tahun karena satu kebaikan itu setara dengan sepuluh kali lipatnya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Tsauban Ra dari Nabi Saw yang bersabda:

“Puasa Ramadan sebanding dengan puasa sepuluh bulan, sedang puasa enam hari di bulan Syawal sebanding dengan puasa dua bulan. Oleh karena itu keduanya setara dengan puasa setahun.” (Hr. Ahmad dan Nasa’i. Lafadz hadits milik Nasa’i).

Demikianlah keutamaan luar biasa berpuasa Ramadan yang diikuti berpuasa enam hari di bulan Syawal, di mana keduanya setara dengan puasa setahun. Sedang bila kita berpuasa selama setahun lamanya, tentu akan terasa sangat berat.

Tata Cara Pelaksanaan Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

Para ulama yang menilai puasa enam hari di bulan Syawal sebagai sunah, mereka berbeda pendapat mengenai tata cara pelaksanannya:

Pertama; puasa sunah enam hari di bulan Syawal dilakukan di awal bulan secara beruntun. Ini merupakan pendapat Syafi’i dan Ibnul Mubarak.

Kedua; tidak ada bedanya apakah enam hari itu dilakukan secara beruntun atau terpisah-pisah, yang penting masih di bulan Syawal. Ini merupakan pendapat Waki’ dan Ahmad.

Ketiga; Enam hari berpuasa di bulan Syawal tidak boleh dilaksanakan tepat setelah Hari Raya Idul Fitri, karena hari Id adalah hari makan dan minum. Akan tetapi hendaknya puasa enam hari di bulan Syawal dilaksanakan tiga hari sebelum ayyamul bidh atau setelahnya. Ini merupakan pendapat Ma’mar dan Abdul Razak.

Demikianlah beda pendapat para ulama terkait tata cara pelaksanaan puasa sunah enam hari di bulan Syawal. Di antara pendapat itu, pendapat yang pertama dinilai lebih utama.

Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Fiqh Islam wa Adillatuhu menyatakan, puasa enam hari di bulan Syawal boleh dikerjakan terpisah-pisah, tapi lebih afdhal dilakukan berurutan dan langsung setelah hari raya, sebab itu berarti menyegerakan ibadah.

Sayyid Sabiq dalam Fiqh Sunnah mengutip pendapat para ulama mazhab Hanafi dan para ulama mazhab Syafi’i berpendapat bahwa yang lebih utama puasa enam hari di bulan Syawal dilakukan berurutan dimulai hari kedua setelah hari raya.

Faedah Puasa Sunah Enam Hari di Bulan Syawal

Dalam Latha’iful Ma’arif, Ibnu Rajab Al-Hanbali menyebutkan lima faedah berpuasa enam hari di bulan Syawal:

Pertama; puasa enam hari di bulan Syawal menjadi penyempurna bagi puasa Ramadan untuk meraih pahala puasa satu tahun, sebagaimana yang telah dijelaskan.

Kedua; puasa sunah di bulan Syawal dan Sya’ban, keduanya ibarat salat sunah rawatib sebelum dan sesudah salat fardhu, yang mana berfungsi menambal apa-apa yang masih kurang pada ibadah wajib.

Sebab ibadah-ibadah wajib itu kelak di Hari Kiamat akan disempurnakan melalui ibadah-ibadah sunah.

Ketiga; keinginan untuk berpuasa kembali setelah Ramadan berlalu merupakan tanda ibadah Ramadan kita diterima. Sebab Allah Swt itu apabila menerima amal saleh seseorang, Dia akan memudahkannya melakukan amal saleh berikutnya.

Keempat; Puasa Ramadan merupakan faktor diampuninya dosa-dosa seseorang di masa lampau. Dan orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadan menerima ganjaran mereka pada hari raya Idulfitri.

Maka berpuasa kembali setelah Idulfitri adalah salah satu bentuk mensyukuri nikmat ini, karena tidak ada nikmat yang lebih besar daripada terampuninya dosa.

Kelima; setiap amalan di bulan Ramadan yang dilakukan seseorang dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah tidak berhenti dengan habisnya bulan Ramadan, tetapi harus terus dipertahankan selagi ia masih hidup.

Seseorang yang mau berpuasa kembali setelah hari berbuka di hari Idulfitri dapat disimpulkan sebagai orang yang suka terhadap ibadah puasa. Dan itulah amalan yang dicintai oleh Allah.

Sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan Tirmidzi secara marfu’ yang menyebutkan: “Amalan yang paling dicintai Allah adalah orang yang berhenti kemudian melanjutkan perjalanan.

Semoga uraian tentang keutamaan, tata cara pelaksanaan, dan faedah tentang puasa sunah enam hari di bulan Syawal ini bermanfaat dan menjadi motivasi untuk bersegera melakukannya dan tidak melewatkannya, mumpung masih berada di bulan Syawal.

Editor: Abu Fathan

Penulis dan citizen journalist yang menyukai (kajian) Islam, kuliner, dan sejarah.

Anda Mungkin Juga Menyukainya
Telah terbit buku GROBOGAN UNTOLD STORY

Mengupas cerita-cerita yang jarang diungkap menyangkut tokoh, tradisi, dan kuliner Grobogan

Promo Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau !

You cannot copy content of this page