
SmartGro, Grobogan – Ada hal yang menarik dan menggelitik ketika saya membaca buku berjudul Ki Ageng Selo Menangkap Petir karya T. Wedy Oetomo. Buku ini diterbitkan oleh Yayasan Parikesit Surakarta, cetakan 1, Agustus 1983.
Buku diberi kata sambutan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Grobogan Soegiri dan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah Drs. Sardjono.
Apa hal yang menarik dan menggelitik saya di buku itu?
Di salah satu bagian buku itu, pada halaman 33-34, T. Wedy Oetomo menceritakan, Bondan Kejawan yang putra Raja Majapahit terakhir dan menikah dengan Nawang Sih—putri Joko Tarub, dianugerahi seorang putra laki-laki yang diberi nama Getas Pendowo.
Setelah menjadi orang tua, lebih dikenal dengan sebutan Ki Ageng Getas Pendowo.
Kini, kata T. Wedy Utomo lebih lanjut, Anda bisa menjumpai makam Ki Ageng Getas Pendowo di Desa Tarub, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan. Adapun di mana makam Joko Tarub, serta Nawang Sih dan Bondan Kejawan, tidak ada yang mengetahui.
“Di Desa Tarub,” tulis T. Wedy Oetomo lagi, “tidak terdapat bekas-bekas yang dianggap serta dipercaya sebagai makam dari ketiga orang tersebut. Kecuali satu-satunya hanya makam Ki Ageng Getas Pendowo, cucu Joko Tarub.”
Hingga kini makam Ki Ageng Getas Pendowo di Desa Tarub itu masih sering dikunjungi orang. Demikian tulis T. Wedy Oetomo.
Memantik Sejumlah Pertanyaan
Narasi yang ditulis T. Wedy Oetomo dalam bukunya itu bertentangan dengan realitas yang kita saksikan sekarang.
Pertama; saat ini makam yang terdapat di Desa Tarub diakui dan dipublikasi sebagai makam Joko Tarub atau Ki Ageng Tarub. Bukan makam Ki Ageng Getas Pendowo.
Kedua; saat ini makam Ki Ageng Getas Pendowo diakui berada di Kelurahan Kuripan, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan.
Mana yang benar? Apakah benar makam Ki Ageng Getas Pendowo berada di Desa Tarub sebagaimana yang ditulis oleh T. Wedy Oetomo dalam bukunya itu?
Sehingga makam yang ada di Desa Tarub bukanlah makam Ki Ageng Tarub sebagaimana yang diklaim saat ini?
Atau makam Ki Ageng Getas Pendowo sudah benar berada di Kelurahan Kuripan dan yang di Desa Tarub memang makam Ki Ageng Tarub sebagaimana yang diyakini saat ini?
Sejauh yang saya ketahui, makam Ki Ageng Tarub di Desa Tarub merupakan cerita populer yang sudah saya ketahui sejak saya kecil, kurang lebih tahun 1980-an.
Sehingga narasi T. Wedy Oetomo di bukunya itu, menurut saya, sangat aneh dan janggal.
Pemerhati sejarah Grobogan, Heru Hardono atau akrab disapa Mbah Bejo, saat saya hubungi menyatakan, makam Ki Ageng Tarub di Desa Tarub sudah diketahui masyarakat sejak dulu.
Menurutnya, saat dirinya berdinas sebagai guru di Kecamatan Tawangharjo pada 1975 – 1985, makam Ki Ageng Tarub di Desa Tarub sudah maklum dan sering diziarahi meski peziarahnya tak sebanyak sekarang.
“Cungkup (makam)-nya dulu hanya seluas 2,5 x 2,5 meter, reot lagi. Terletak di pinggir sungai kecil, yang suatu saat bisa longsor. Demikian juga makam Bondan Kejawan di sebelah selatannya,” jelas Mbah Bejo.
Senada dengan Mbah Bejo, juru kunci makam Ki Ageng Tarub, KRAT Hastono Adinagoro menyampaikan kepada saya bahwa sejak dulu masyarakat sudah mengetahui bahwa makam Ki Ageng Tarub berada di Desa Tarub.
Hal itu, menurutnya, tidak bisa diingkari dengan adanya tradisi dan peninggalan Ki Ageng Tarub yang masih disimpan dan lestari hingga kini.
“Dandang Kyai Dudo merupakan peninggalan Ki Ageng Tarub yang didapatkan dari sini, yang sampai sekarang disimpan oleh Keraton Surakarta,” jelasnya.
Potret Makam Ki Ageng Tarub 1945-2008
Pernyataan keduanya itu didukung hasil riset yang dilakukan Beni Panji Taufik.
Berdasarkan risetnya, yang dituangkan dalam skripsi “Perubahan Pemaknaan Makam Ki Ageng Tarub Bagi Masyarakat Desa Tarub Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan pada Tahun 1945-2008” (2009), Beni Panji Taufik menggambarkan secara runut kondisi makam Ki Ageng Tarub sejak tahun 1945 hingga 2008—saat dia menyusun skripsi.
Menurut sejumlah sumber, tahun 1945, pada masa kemerdekaan, makam Ki Ageng Tarub belum terawat dengan baik. Hanya berada di dalam gubuk bambu yang tingginya 2 meter dan lebarnya 5 meter.
Ketika itu juga belum ada ditunjuk juru pelihara atau juru kunci.
Sekitar tahun 1992, saat Beni Panji Taufik berziarah ke makam Ki Ageng Tarub, dia melihat kondisi makam yang kurang terawat. Pintu makam hanya terbuat dari potongan bambu yang ditata.
Di dalam makamnya belum ditutup dengan kelambu, hanya batu dan dua kayu patok (kijing) yang dibungkus dengan kain mori.
Pada tahun 1994, tulisnya, Kasunanan Surakarta mulai menunjukan keseriusan menjaga dan merawat makam-makam leluhurnya.
Di antaranya dengan menunjuk RT. Priyohastono Adipuro—saat ini bergelar KRAT Hastono Adinagoro—sebagai juru pelihara makam Ki Ageng Tarub, dan mengangkatnya sebagai abdi dalem Keraton Surakarta.
Makam Ki Ageng Tarub untuk pertama kalinya direnovasi pada pertengahan tahun 1998. Penutup makam yang dulunya berupa rumah bambu mulai dibuat bangunan permanen.
Bangunan makam Ki Ageng Tarub kembali dipugar awal tahun 1999 atas bantuan Kasunanan Surakarta dan Pemda Grobogan.
Makam Ki Ageng Tarub pun menjadi bangunan yang lebih bagus. Sebelum masuk makam, pengunjung akan melewati dua jembatan yang menghubungkan makam.
Pengunjung juga disuguhi gemercik suara aliran sungai yang mengalir, yang menambah suasana sakral.
Bangsal pesarean yang terletak di sebelah kanan berfungsi untuk menerima para tamu dari kalangan peziarah. Para peziarah diterima oleh juru kunci makam atau petugas pengurus makam, kemudian didaftar di buku tamu.
Saat Beni Panji Taufik melakukan penelitian untuk meraih gelar S1-nya dari Fakultas Sosial Universitas Negeri Semarang itu (tahun 2008), bangunan makam Ki Ageng Tarub masih dalam proses renovasi.
Di antaranya tengah dilakukan pemasangan atap atau sirap—bantuan dari Kasunanan Surakarta; dan perbaikan jalan menuju kompleks makam dengan paving—bantuan dari Pemkab Grobogan.
Juga sedang dilakukan pengecatan karena cat lama telah kusam dan mengelupas; dan pembuatan gapura serta dinding pemisah antara makam Ki Ageng Tarub dengan pemakaman umum.
Dari pernyataan dan uraian kronologis ini, kiranya sedulur pembaca sudah bisa menarik kesimpulan, makam di Desa Tarub itu makam Ki Ageng Tarub atau makam Ki Ageng Getas Pendowo—sebagaimana yang dinyatakan T. Wedy Oetomo dalam bukunya?! Wallahu a’lam.
Editor: Abu Fathan
Penulis dan citizen journalist yang menyukai (kajian) Islam, kuliner, dan sejarah.
Mengupas cerita-cerita yang jarang diungkap menyangkut tokoh, tradisi, dan kuliner Grobogan
You cannot copy content of this page