
Smart Gro – Ki Ageng Getas Pendowo adalah salah satu tokoh besar Kabupaten Grobogan. Makamnya berada di kompleks pemakaman umum Kelurahan Kuripan, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Makam Ki Ageng Getas Pendowo termasuk salah satu detinasi wisata religi di Kabupaten Grobogan yang banyak dikunjungi peziarah dari berbagai daerah.
Siapakah Ki Ageng Getas Pendowo? Ki Ageng Getas Pendowo adalah putra dari pasangan Raden Bondan Kejawan (Ki Ageng Lembu Peteng) dan Dewi Nawangsih.
Raden Bondan Kejawan sendiri adalah putra Bhre Kertabhumi alias Prabu Brawijaya V, Raja Majapahit terakhir. Sedang Dewi Nawangsih adalah putra dari pasangan Ki Ageng Tarub (Jaka Tarub).
Sehingga dari jalur ayah, Ki Ageng Getas Pendowo adalah cucu Raja Majapahit. Adapun dari jalur ibu, Ki Ageng Getas Pendowo adalah cucu seorang tokoh besar yang lekat dengan mitos pernikahannya dengan bidadari.
Sejumlah literatur menyebutkan, Ki Ageng Getas Pendowo lahir dengan nama Dyah Depok. Kakaknya bernama Dyah Dukuh—kemudian dikenal dengan nama Ki Ageng Wanasaba, dan adiknya bernama Rara Kasihan atau kemudian dikenal dengan nama Nyi Ageng Ngerang karena menikah dengan Ki Ageng Ngerang.
Meski Ki Ageng Getas Pendowo tergolong tokoh besar pada masanya, namun data terkait jejak kehidupannya sangat minim. Babad Tanah Jawi juga menyajikan sekilas saja data terkait sosok ini.
Babad Tanah Jawi versi W.L. Olthof misalnya, hanya menyebutkan, saat Dewi Nawangsih hamil, setelah saatnya, lahirlah seorang anak laki-laki yang tampan rupanya. Ayah-ibunya sangat sayang kepadanya. Setelah disapih, punya anak lagi seorang perempuan.
Bertahun kemudian, Raden Bondan Kejawan jatuh sakit dan meninggal dunia. Babad Tanah Jawi mencatat, kedua anaknya itu, yang pertama bernama Ki Ageng Getas Pandawa dan telah memiliki istri; sedang yang kedua, yang seorang perempuan, diperistri oleh Ki Ageng Ngerang.
Babad Tanah Jawi menyebutkan Raden Bondan Kejawan dan Dewi Nawangsih hanya memiliki dua orang anak: Ki Ageng Getas Pendawa dan Nyi Ageng Ngerang.
Sementara silsilah umum menyebutkan Raden Bondan Kejawan dan Dewi Nawangsih memiliki tiga orang anak: Ki Ageng Wanasaba, Ki Ageng Getas Pendawa, dan Nyi Ageng Ngerang.
Diceritakan, Ki Ageng Wanasaba menikah dengan Dyah Plabawangi, putri Ki Demang Selamerta. Semasa hidupnya, Ki Ageng Wanasaba dikenal sebagai sosok yang kharismatik dan penyiar Islam di wilayah Wanasaba (Kabupaten Wonosobo sekarang), sehingga ia dikenal dengan nama Ki Ageng Wanasaba.
Sebelum menjadi pendakwah dan penyiar Islam, Ki Ageng Wanasaba melanglang buana ke berbagai tempat untuk menimba ilmu. Bahkan menurut sejumlah sumber, Ki Ageng Wanasaba tercatat pernah berguru dengan Sunan Gunungjati di Cirebon. Makam Ki Ageng Wanasaba dapat dijumpai di pemakaman Desa Plobangan, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo.
Adapun adik perempuannya, Rara Kasihan, dikenal sebagai seorang muslimah yang sangat tekun mendalami Islam dan kemudian dinikahi oleh Ki Ageng Ngerang, sehingga ia pun dijuluki Nyi Ageng Ngerang.
Bersama suaminya, Nyi Ageng Ngerang melakukan syiar Islam di daerah Juwana, Lereng Muria, dan Lereng Pegunungan Kendeng. Makamnya terletak di Desa Tambakromo, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, dan selalu ramai dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah.
Juru kunci makam Ki Ageng Getas Pendowo, Sutiyo atau akrab disapa Mbah Tiyo menyatakan, semasa tuanya Ki Ageng Getas Pendowo tinggal di Kampung Kuripan. Secara administratif, Kampung Kuripan (sekarang Kelurahan Kuripan) masuk dalam wilayah Kecamatan Purwodadi.
Menurut Mbah Tiyo, Ki Ageng Getas Pendowo adalah sosok yang bersahaja dan rendah hati. Beliau hidup sederhana dan berbaur dengan masyarakat serta tidak mau menyombongkan diri dengan ilmu yang dimilikinya.
Apa yang disampaikan Mbah Tiyo melengkapi deksripsi dari babad, bahwasannya Ki Ageng Getas Pandawa semasa muda memiliki kegemaran mengembara, meski di sisi lain dikenal sebagai seorang pemuda yang lugu dan pemalu.
Sebagaimana kakaknya, Ki Ageng Wanasaba, Ki Ageng Getas Pandawa gemar melanglang buana guna berburu ilmu. Setelah memasuki usia tua, Ki Ageng Getas Pandawa memilih menetap di Kampung Kuripan sebagai tempat tinggal.
Selain mengembangkan syiar Islam, Ki Ageng Getas Pendowo mengisi masa tuanya dengan bertani. Sebagai seorang petani, Ki Ageng Getas Pendowo termasuk petani yang dermawan.
Hasil pertaniannya yang melimpah, tidak hanya untuk memperkaya diri dan keluarganya, namun juga dibagi-bagikan ke sejumlah tetangganya yang membutuhkan.
Menurut Babad Tanah Jawi, Ki Ageng Getas Pendowo memiliki tujuh orang anak. Anak pertamanya seorang laki-laki dan adiknya enam orang perempuan.
Anak laki-lainya diberi nama Bagus Songgom, adapun enam putrinya adalah Nyi Ageng Pakis, Nyi Ageng Purna, Nyi Ageng Kare, Nyai Ageng Wangku, Nyi Ageng Bokong, dan Nyi Ageng Adibaya.
Anak laki-lakinya, Bagus Songgom, kelak di kemudian hari dikenal sebagai tokoh besar sekaligus juga seorang aulia dengan nama Ki Ageng Selo atau Syekh Ngabdurrahman.
Ki Ageng Selo kelak juga dikenal dengan mitos memiliki kesaktian dapat menangkap petir dengan tangan kosong dan seorang wali cendekia yang mewariskan petuah-petuah kehidupan dalam bait-bait serat pepali.
Ki Ageng Selo juga mewarisi sosok sang ayah sebagai seorang petani yang dermawan.
Bila menilik silsilahnya, boleh dibilang, Ki Ageng Getas Pendowo merupakan salah satu tokoh penting dari rangkaian penurun raja-raja Jawa, dalam hal ini Kesultanan Mataram.
Ki Ageng Getas Pendowo menurunkan Ki Ageng Selo, lalu Ki Ageng Selo menurunkan Ki Ageng Ngenis, dan Ki Ageng Ngenis menurunkan Ki Ageng Pemanahan—yang dikenal sebagai perintis Kesultanan Mataram.
Editor: Abu Fathan
Penulis dan citizen journalist yang menyukai (kajian) Islam, kuliner, dan sejarah.
Mengupas cerita-cerita yang jarang diungkap menyangkut tokoh, tradisi, dan kuliner Grobogan
You cannot copy content of this page