160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

Melihat Keunikan Prosesi Tradisi Sedekah Bumi Desa Ngombak

Selamatan Sedekah Bumi (Apitan) Desa Ngombak, Kecamatan kedungjati, Kabupaten Grobogan, pada Minggu (2/6/2024). (Smartgro/Badiatul M. Asti)

Smart Gro – Bulan Apit atau Dzulqa’dah dalam kalenderium Hijriyah identik dengan pelaksanaan tradisi sedekah bumi. Di Kabupaten Grobogan, hampir semua desa menyelenggarakan tradisi yang juga populer disebut apitan itu.

Setiap desa memiliki bentuk dan waktu yang berbeda dalam prosesi tradisi apitan, sesuai adat istiadat dan kearifan lokal yang diwariskan leluhur masing-masing secara turun-temurun.

Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan juga melaksanakan tradisi sedekah bumi setiap tahun di bulan Apit. Tahun ini, pelaksanaan sedekah bumi Desa Ngombak diadakan pada Minggu Kliwon (2/6/2024).

Rangkaian Prosesi yang Unik

Rangkaian prosesi sedekah bumi Desa Ngombak tergolong unik dan khas. Prosesi dimulai dengan penyembelihan seekor kerbau di pagi hari jam 06.00.

Tak sekedar menyembelih kerbau, prosesi penyembelihan diiringi pernik-pernik ritual yang mungkin tidak dijumpai pada prosesi sedekah bumi desa lainnya.

Menurut Inayati, tokoh masyarakat Desa Ngombak yang juga seorang pegiat literasi, setelah kerbau direbahkan dan siap disembelih, Ibu Lurah (panggilan akrab istri kepala desa)—disaksikan warga yang hadir—berjalan mengitari kerbau tiga kali putaran sembari mengucurkan air dari kendi ke tubuh kerbau.

Ibu Lurah (kanan) dibantu seorang ibu mengucuri kerbau dengan air kendi sebagai salah satu rangkaian prosesi dalam tradisi apitan di Desa Ngombak. (Smartgro/Inayati)

Setelah itu, Ibu Lurah menepuk-nepuk kerbau yang akan disembelih dengan entong tiga kali, dilanjutkan Ibu Lurah duduk sebentar di atas tubuh kerbau.

Selesai? Belum. Prosesi masih berlanjut, karena setelah menduduki tubuh kerbau, Ibu Lurah masih harus menyiramkan air kembang ke sekujur tubuh kerbau, dilanjutkan Pak Lurah yang melakukannya.

“Setelah itu, kerbau baru disembelih oleh Mbah Modin dan saat proses penyembelihan diiringi gendhing Kebo Giro,” jelas Inayati.

Setelah kerbau disembelih, sementara kerbau diolah oleh warga, Ibu Lurah melanjutkan prosesi, kali ini ‘berjualan’ jajan pasar. Warga yang ingin membeli jajan pasar, cukup menggunakan kreweng (pecahan genting) sebagai pengganti uang.

Tak pelak, Ibu Lurah pun dikerubuti warga, terutama para ibu yang antusias ingin ‘membeli’ jajan pasar yang ‘dijual’ Ibu Lurah.

Jualan Dawet, Kendurian, dan Pentas Tayub

Daging kerbau yang sudah dipotong-potong kemudian dimasak oleh para ibu di rumah Pak Lurah. Daging dimasak asem-asem untuk nanti dijadikan hidangan kenduri dan dimakan bersama-sama warga bakda Zuhur.

Menjelang Zuhur, warga menyetor makanan berupa nasi dan kondimennya ke rumah Pak Lurah. Setoran makanan dari warga itu kemudian disajikan dalam bentuk ambeng. Selain warga, para ibu yang bertugas memasak di dapur juga menyiapkan sejumlah ambeng.

Ambengan yang disiapkan untuk acara kendurian atau selamatan dalam puncak acara sedekah bumi Desa Ngombak. (Smartgro/Badiatul M. Asti)

Dalam satu ambengan, setidaknya terdapat nasi, mi goreng, tahu dan tempe goreng, telur dadar, oseng buncis, dan asem-asem daging hasil olahan kerbau yang tadi pagi disembelih.

Setelah Dzuhur, warga Desa Ngombak, baik para bapak, ibu, remaja, dan anak-anak, berkumpul secara lesehan di halaman seberang rumah Pak Lurah untuk melaksanakan puncak acara sedekah bumi.

Setelah warga berkumpul, ambeng-ambeng diletakkan di tengah-tengah kumpulan warga. Ambeng-ambeng itu nanti akan disantap bersama.

Ibu lurah ‘berjualan dawet’ dan dikerubuti warga yang ingin membeli dawetnya dengan kreweng. (Smartgro/Badiatul M. Asti)

Sebelum kendurian dilaksanakan, ternyata masih ada prosesi ‘berjualan’ dawet oleh Ibu Lurah. Prosesi ini yang ditunggu-tunggu. Warga berjubel mengerubuti Ibu Lurah untuk ‘membeli’ dawet. Alat belinya, seperti prosesi berjualan jajan pasar tadi pagi, juga memakai kreweng.

Setelah dawet habis, barulah kendurian dimulai. Setelah doa, warga pun menyantap ambeng-ambeng yang disediakan. Prosesi ditutup dengan gelaran pentas langen Tayub.

Warga Desa Ngombak berkumpul untuk mengikuti kendurian atau selamatan dalam prosesi Sedekah Bumi . (Smartgro/Badiatul M. Asti)

Kepala Desa Ngombak, Drs. Herianto menyatakan prosesi yang berlangsung dalam tradisi sedekah bumi di Desa Ngombak sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu. Pihaknya hanya melaksanakan dan melestarikan sesuai prosesi adat istiadat dan kearifan lokal yang diwariskan oleh leluhur.

Editor: Abu Fathan      

Penulis dan citizen journalist yang menyukai (kajian) Islam, kuliner, dan sejarah.

Anda Mungkin Juga Menyukainya
Telah terbit buku GROBOGAN UNTOLD STORY

Mengupas cerita-cerita yang jarang diungkap menyangkut tokoh, tradisi, dan kuliner Grobogan

Promo Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau !

You cannot copy content of this page