
Smart Gro – Sedekah bumi merupakan tradisi warisan leluhur yang masih dilestarikan hingga sekarang. Di Kabupaten Grobogan, sedekah bumi sering juga disebut dengan istilah Apitan karena umumnya diselenggarakan di bulan Apit atau Zulkaidah dalam kalender Hijriah.
Namun, Desa Sarirejo, Kecamatan Ngaringan, tahun ini menggelar tradisi sedekah bumi pada Senin Pon, (10/6/2024) atau sudah masuk tanggal 3 Besar (Zulhijah) alias bulan Apit sudah terlewat.
Usut punya usut, acara sedekah bumi Desa Sarirejo tahun ini digelar pada bulan Besar dengan alasan sedekah bumi harus dilaksanakan pada hari pasaran Senin Pon sesuai weton kepala desa terdahulu.
Sementara bulan Apit tahun ini tidak ada hari pasaran Senin Pon, sehingga acara terpaksa digeser pada bulan Besar.
Salah satu keunikan tradisi sedekah bumi di Desa Sarirejo adalah pertunjukkan wayang kulit yang wajib ada. Pertunjukan itu khusus untuk Dusun Setren—salah satu dusun di Desa Sarirejo.
Sesuai tradisi yang berlangsung turun-temurun, pertunjukan wayang kulit harus diadakan dan tidak boleh digantikan dengan pertunjukan lain.
Pada masa lalu, pertunjukan wayang kulit sering kurang diminati. Kondisi itu memantik Agus Alim, Kepala Desa Sarirejo saat ini, berupaya mengemas pertunjungan wayang dengan cara yang berbeda untuk menarik lebih banyak pengunjung.
Undang Dalang Cilik Raden Canavaro
Ki Dalang Totok Sugiharto dari Sragen dan dalang cilik Raden Ahmad Canavaro dihadirkan untuk menarik perhatian masyarakat.
Tak sekedar pertunjukan wayang kulit, acara dimeriahkan dengan tari-tarian dan pembagian doorprize. Upaya ini berhasil. Acara yang mengusung tema “Memayu Hayuning Bawana” itu berlangsung sangat meriah.
Warga Dukuh Setren beserta tamu undangan dari dusun lain berkumpul di Balai Desa Sarirejo. Setelah memberikan sambutan, kepala desa menyerahkan wayang secara simbolis kepada dalang sebagai penanda tradisi wayangan pada rangkaian upacara adat sedekah bumi telah dipenuhi.
Saat pertunjukan wayang memasuki jeda, dua gunungan yang diarak sebelumnya pada sore hari menjadi rebutan warga. Satu gunungan terbuat dari hasil bumi sebagai wujud syukur atas hasil panen.
Sedang gunungan lainnya terbuat dari makanan dan jajanan sebagai simbol perkembangan zaman. Menurut sejumlah warga, acara malam itu menjadi acara sedekah bumi paling meriah dalam beberapa tahun terakhir.
Upacara Selamatan di Bawah Pohon Kepoh
Keesokan harinya, warga di lima dusun Desa Sarirejo, meliputi Dusun Galsari, Tambak, Karangjati, Tengger, dan Setren, melanjutkan rangkaian upacara adat sedekah bumi dengan menggelar selamatan di wilayah masing-masing.
Selamatan dilaksanakan bakda Zuhur, kecuali Dusun Setren yang mengadakan pagi hari. Khusus warga Dusun Tengger mengadakan upacara selamatan di bawah pohon kepoh di sawah Bakung.
Menurut cerita, sawah Bakung adalah milik lurah terdahulu yang konon tanahnya sangat subur dan memberikan berkah dengan syarat tanah tersebut harus diolah sendiri dan tidak boleh disewakan atau dikerjakan oleh orang lain.
Tradisi sedekah bumi Desa Sarirejo, khususnya Dusun Tengger, telah dilaksanakan turun-temurun di tempat tersebut dan belum pernah ada yang berani memindahkan lokasinya.
Secara umum, tradisi sedekah bumi tidak hanya menjadi momen penting sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen, tetapi juga ajang mempererat kebersamaan warga Desa Sarirejo.
Kepala Desa Sarirejo, Agus Alim, berhasil mengemas acara sedekah bumi dengan inovatif, membuat tradisi yang dahulu kurang diminati menjadi perayaan yang meriah dan penuh semangat kebersamaan.
Editor: Abu Fathan
Guru SMPN 2 Ngaringan. Bergiat literasi sebagai sekretaris Forum Silaturahmi Penulis Grobogan (FSPG)
Mengupas cerita-cerita yang jarang diungkap menyangkut tokoh, tradisi, dan kuliner Grobogan
You cannot copy content of this page