
Smartgrobogan, Grobogan – Saat ini, TikTok menjadi lokapasar paling potensial untuk menjangkau pemasaran lebih luas bagi pelaku UMKM. Realitas itu harus ditangkap oleh para pelaku UMKM sebagai peluang sekaligus tantangan.
Berlatar itulah, pada Minggu (3/11/2024) Yayasan Mutiara Ilma Nafia Grobogan (Yasmina Grobogan) bekerja sama dengan Jaringan UMKM Kreatif Grobogan (Juragan) menghelat workshop sehari bertajuk Sukses Berjualan di Tiktok.
Workshop yang digelar di Rumah Kreatif Grobogan (RKG), Jalan DI Panjaitan 11, Purwodadi diikuti 15 pelaku UMKM. Menurut Ketua Yasmina Grobogan yang sekaligus Founder Juragan, Badiatul Muchlisin Asti, peserta workshop sengaja dibatasi agar kelas berlangsung lebih efektif dan memungkinkan pendampingan kepada seluruh peserta secara personal.
Dalam opening speech-nya Badiatul Muchlisin Asti menyampaikan, Juragan sebagai komunitas pemberdayaan UMKM ingin menukik ke jantung permasalahan yang dihadapi para pelaku UMKM, di antaranya terkait permasalahan perluasan jangkauan pemasaran.
TikTok menjadi pilihan, menurut Badiatul Muchlisin Asti, karena memiliki akses langsung kepada jutaan pengguna yang potensial menjadi pembeli produk. Didukung beragam fitur yang memudahkan seorang penjual atau seller bisa membuat video yang kreatif dan interaktif untuk mempromosikan produk.
“TikTok juga merupakan platform yang relatif paling mudah peluangnya menjadikan sebuah video viral dengan sangat cepat, sehingga bisa meningkatkan visibilitas produk secara signifikan,” jelas Badiatul Muchlisin Asti.
“Dan yang jauh lebih penting, TikTok memungkinkan pengguna membeli produk langsung dari aplikasi, sehingga memudahkan pengguna melihat, memilih, dan membeli produk tanpa meninggalkan platform,” jelas Badiatul Muchlisin Asti lebih lanjut.
Workshop menghadirkan tiga narasumber, yaitu: Slamet Riyadi (Coach wirausaha Indonesia dan Founder Etalase UMKM Jawa Tengah), Jamilatul Istiqomah (Kreator Konten), dan Ahmad Santoso (Wirausahawan Muda dan TikTok Marketing).
Ngonten Secara Konsisten
Coach wirausaha Indonesia Slamet Riyadi, dalam paparannya mendorong para pelaku UMKM agar dapat ngonten (membuat konten video) secara konsisten bila ingin mengoptimalkan pemasaran digital melalui TikTok.
Menurut pengusaha Madu Slamet Organik dan Biro Umroh dan Haji ini, bakat, kemampuan dan keterampilan, semua tidak ada artinya jika dilakukan tanpa adanya konsistensi. “Lakukan terus-menerus dan sustainable sampai mendapatkan hasil,” tegas Slamet Riyadi.
Sementara itu, Jamilatul Istiqomah menyampaikan materi pembuatan video dengan aplikasi CapCut. Menurut Jamilatul Istiqomah, seorang seller harus mengenali jenis-jenis konten yang bisa digunakan berjualan atau promosi produk di media sosial.
Perempuan yang akrab disapa Mila itu menyebutkan 7 jenis konten untuk berjualan, meliputi: video tutorial, ulasan produk, behind the scene, cerita pelanggan, tips dan rekomendasi, konten humor, dan live streaming.
Setelah mengenali jenis-jenis konten untuk berjualan, peserta diajak menggali strategi berjualan melalui hard selling dan soft selling. Lalu, ia mengulas tahapan membuat konten, sejak membuat naskah (script) hingga mengeksekusinya menjadi video yang menarik.
Keseruan menyeruak saat peserta melakukan praktik membuat video, yang kemudian di-review bersama.
Sukses Berjualan di TikTok
Sementara itu, Ahmad Santoso dalam paparannya menyatakan, saat ini orang membuka TikTok bukan sekedar mencari hiburan, namun juga ingin membeli barang atau produk. Karena itulah, berjualan di TikTok merupakan keniscayaan bagi mereka yang ingin meraup punci-punci cuan.
Selain memandu peserta cara berjualan di TikTok, Ahmad Santoso juga membekali peserta tips membuat video yang menarik. Menurutnya, hal paling mendasar dalam sebuah konten yang menarik harus ada unsur masalah dan solusi.
“Kita harus bisa mencari masalah orang lain dan memberi solusi lewat produk yang kita jual. Misalnya masalah sering kehujanan saat pulang kerja, solusinya adalah berjualan jas hujan,” jelas Ahmad Santoso.
Selain itu, dalam sebuah konten perlu menggunakan hook dan CTA. “Hook adalah kalimat pancingan di 3 detik pertama dalam sebuah video, yang memungkinkan pengguna tertarik menonton video kita sampai selesai tanpa skip,” jelasnya lebih lanjut.
Adapun CTA, menurut Ahmad Santoso, adalah call to action atau ajakan untuk membeli produk, yang perlu dirumuskan sedemikian rupa agar pengguna tertarik membeli produk kita.
Seusai workshop, peserta masih akan mendapatkan pendampingan melalui WAG. “Dan akan diagendakan kopdar peserta untuk mempertajam materi,” jelas Founder Juragan, Badiatul Muchlisin Asti, saat menutup workshop.
Editor: M. A. Fathan
Portal berita dan informasi yang disajikan secara cerdas dan mencerahkan.
Mengupas cerita-cerita yang jarang diungkap menyangkut tokoh, tradisi, dan kuliner Grobogan
You cannot copy content of this page