160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

Menakar City Branding Kabupaten Grobogan

Smart Gro – Membahas branding sebenarnya tidak bisa dilepaskan dengan tujuan membuat branding. Secara umum, branding bisa dipahami sebagai sebuah tindakan untuk mencitrakan diri dengan label yang positif. Jika branding eksisting atau sudah melekat dengan citra buruk, maka upaya branding difokuskan untuk membenahinya agar persepsi target audiennya menjadi lebih baik.

Branding juga digunakan sebagai upaya marketing agar memiliki positioning yang tepat. Mengutip penjelasan praktisi branding Subiakto Priosoedarsono, proses branding tidak serta merta mengejar semua target audiens. Harus ditemukan DNA-nya. DNA produk ini yang membentuk kategori produk.

Misal, seseorang memiliki produk permen rasa kopi, maka diperlukan fokus untuk memilih kategori apakah mau masuk ke industri permen atau industri kopi. Maka bahasannya akan menjadi seperti sebuah pilihan mau bisnis permen tapi ada rasa kopi atau bisnis kopi dalam bentuk permen. Branding adalah upaya untuk menjelaskan itu kepada publik, tepatnya adalah target market mereka.

Selaras dengan Subiakto, Dodi Zulkifli dalam buku berjudul Branding 3600 Workbook menyatakan bahwa sebuah brand = satu positioning. Dia mencontohkan bahwa produk sampo Pantene, Head & Shoulders dan Herbal Essences adalah keluaran satu pabrikan yang sama. Hanya saja branding tiap produknya berbeda.

Produk itu mengambil kategori atau sub kategori yang berbeda satu sama lain. Dodi menyebutkan bahwa Head & Shoulders mengambil positioning sebagai sampo anti ketombe. Berbeda dengan Pantene.

Apakah city branding juga diperlukan untuk membedah kategori ini?

City branding juga bisa dilihat sebagai sebuah marketing activity. Artinya, kota ini harus ditawarkan dengan SOP baku dan konsisten agar lahir persepsi publik sesuai branding ini direncanakan, terutama masyarakat sebagai persona yang mudah diingat dan diasosiasikan.

Kalau kita menyebut batik, maka akan terbersit adalah Kota pekalongan. Kalau kita menyebut ukiran, maka akan ada menyebut Kota Jepara. Kalau mendengar kata jagung, maka akan menyebut Gorontalo sebagai rujukan. Ini adalah kerja branding.

Jadi Branding bukan semata soal potensi daerah, history, atau hal-hal yang bersifat “produk”, meski perencanan sebuah branding tetap berbasiskan pada potensi-potensi tersebut. Branding lebih merupakan kata kerja yang definisinya membuat persepsi atau citra atas sebuah produk.

Bagaimana dengan city branding Grobogan?

Polemiknya adalah pada citra yang akan dibangun. Maka, hal yang paling prinsip adalah observasi dan riset tujuan branding. Dalam kacamata marketing, inovasi ini bisa menggunakan adagium ‘kamilah produk yang pertama, yang terbesar atau yang orisinal’.

Maka, di Grobogan bisa dimulai dari pertimbangan kategori ini. Menjadi yang pertama misalnya adalah Grobogan bisa menjual dirinya sebagai “Kota Kedelai”. Mengingat Grobogan memiliki riwayat sebagai Kabupaten yang menemukan varietas kedelai unggulan level nasional.

Atau yang orisinal, Grobogan memiliki ragam khazanah story yang di daerah lain tidak ada, seperti  api abadi Mrapen dan leluhur trah mataram yaitu Ki Ageng Selo. Atau sebagai “Kota Karaoke” mengingat  menjamurnya tempat karaoke.

Pilihan slogan tentu musti melihat prospek nilai ekonomi ke depan. Kalau membaca perdebatan di media sosial tentang city branding Grobogan, hemat saya adalah buat apa membranding Kabupaten Grobogan sebagai “Leluhur Jawa” misalnya, kalau Pemkab tidak memiliki kerja yang konsisten untuk mengangkat tema ini menjadi program yang bernilai ekonomi dalam pembangunan.

Maka, pilihan untuk membuat city branding Kabupaten Grobogan harus bisa melihat di kategori apa Grobogan bisa menjadi unik dan bisa diasosiasikan positif. Mungkin, tulisan ini bisa menjadikan Grobogan lepas dari persepsi publik sebagai kota dengan julukan “Kota Dalane Blethok”.

Editor: Abu Fathan

Pengamat sosial, politik, dan ekonomi lokal.

Anda Mungkin Juga Menyukainya
Telah terbit buku GROBOGAN UNTOLD STORY

Mengupas cerita-cerita yang jarang diungkap menyangkut tokoh, tradisi, dan kuliner Grobogan

Promo Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau !

You cannot copy content of this page