Smartgro, Kudus – Nasi pindang adalah kuliner berkuah khas Kudus yang menggugah selera. Paduan nasi dan daging kerbau yang disajikan dengan kuah pindang.
Di Kudus, banyak dijumpai warung makan yang menyuguhkan nasi pindang. Di antaranya kedai Mbak Mar yang menjadi salah satu jujugan saya bila menginginkan menyantap lezatnya nasi pindang khas Kudus.
Kedai Mbak Mar berada di pusat kuliner Taman Bojana, Jalan Simpang Tujuh, Kudus, kios no 29.
Menurut Mbak Mar (58), bumbu nasi pindang racikannya pada dasarnya sama dengan nasi pindang di warung lainnya. Namun, dia mengaku memiliki resep rahasia dalam teknik memasak kuah pindang yang enak.
“Resep rahasia itu warisan ayah saya,” tutur Mbak Mar.
Resep rahasia itu yang, boleh jadi, mengantar nasi pindang Mbak Mar menjadi nasi pindang favorit mendiang pakar kuliner Indonesia, Bondan Winarno.
Nasi pindang khas Kudus memang masuk ke dalam buku 100 Mak Nyus Makanan Tradisional Indonesia karya Bondan Winarno yang diterbitkan penerbit Kompas pada 2013.
Dan nasi pindang favorit Bondan Winarno adalah nasi pindang Mbak Mar yang berada di Taman Bojana, kios no 29.

Mbak Mar yang bernama lengkap Sumarni merupakan generasi kedua penjual kuliner khas Kudus. Pargi, ayah Mbak Mar, sudah berjualan sejak 1966.
Awalnya Pak Pargi, begitu dia akrab disapa, berjualan bakso dan sop. Baru pada 1980, Pak Pargi juga berjualan soto dan nasi pindang khas Kudus.
“Bila pagi bapak saya berjualan soto dan nasi pindang, sore harinya bapak berjualan sup dan bakso,” tutur Mbak Mar.
Tahun 1985, kemudi usaha kuliner diteruskan Mbak Mar hingga kini. Pak Pargi sendiri tutup usia pada 2001.
Sebagai generasi penerus, Mbak Mar tetap mempertahankan menu-menu warisan ayahnya: soto, sup, bakso, dan nasi pindang.
Mbak Mar punya kiat agar tetap eksis dan kulinernya terus diminati pelanggannya. Kiat itu adalah dengan mempertahankan cita rasa, kebersihan, dan penyajian.
“Dalam kondisi apa pun, saya tak pernah mengurangi jumlah bumbu, meski harga-harga sedang mahal, karena itu pertaruhan pada cita rasa,” tutur Mbak Mar.
Dalam aspek penyajian juga hingga kini Mbak Mar masih mempertahankan penyajian yang otentik. Nasi pindang tidak langsung ditaruh di piring, melainkan dialasi dulu dengan daun pisang.
“Penyajian memang bagian tak terpisahkan dari kesempurnaan cita rasa sebuah masakan,” tutur Mbak Mar yang sejak remaja memiliki hobi memasak.
Editor: Abu Fathan
Penulis dan citizen journalist yang menyukai (kajian) Islam, kuliner, dan sejarah.
Mengupas cerita-cerita yang jarang diungkap menyangkut tokoh, tradisi, dan kuliner Grobogan
Jangan Tampilkan Lagi
Ya, Saya Mau !
You cannot copy content of this page