160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

Rekomendasi Mi Tek-tek Nunjungan Saat Perjalanan Semarang – Purwodadi

Mi tek-tek, kuliner khas Grobogan dari Dusun Nunjungan, Desa Ketitang, Kecamatan Godong. (Smartgro/Badiatul M. Asti)

SmartGro, Grobogan – Saya menyebutnya “Mi tek-tek Nunjungan” untuk menyebut kuliner mi tek-tek khas Grobogan yang berasal dari Dusun Nunjungan, Desa Ketitang, Kecamatan Godong ini.

Dalam khazanah mi tek-tek, setiap daerah punya versi mi tek-tek masing-masing. Boleh dibilang, mi tek-tek merupakan nama generik bagi hidangan mi berkuah (ada juga versi goreng) yang dijajakan keliling menggunakan gerobak dorong. Biasanya dijajakan malam hari.

Nama tek-tek berasal dari cara penjualnya membunyikan bunyi tek tek tek untuk mengundang pembeli. Bunyi itu diperoleh dari potongan bambu (kentongan) yang diketuk berulang secara temporal. Sehingga disematkanlah nama “Mi Tek-tek”.

Ada juga yang menyebutnya “mi thok”. Kata “thok” juga diperoleh dari bunyi potongan bambu yang diketuk.

Mi tek-tek Nunjungan tergolong minimalis dari sisi bahan. Mi diolah dengan bumbu mi pada umumnya, meliputi bawang putih, kemiri, dan mrica. Kuahnya menggunakan kaldu ayam, sehingga tone kuahnya sangat gurih.

Tak banyak kelengkapan bahan dalam seporsi mi tek-tek Nunjungan. Hanya ada potongan kubis dan taburan bawang goreng sebagai toping. Selebihnya, mi disantap dengan 5 tusuk sate ayam yang sudah dibumbui, dan dibakar kembali dengan bubuhani kecap manis saat hendak disajikan.

Sate ayam sebagai pelengkap menyantap mi tek-tek Nunjungan. (Smartgro/Badiatul M. Asti)

Yang istimewa dari mi tek-tek Nunjungan adalah proses memasaknya yang hingga kini masih mempertahankan secara tradisional menggunakan bara dari arang kayu. Sehingga rasa lebih sedap aromatik dan tetap terjaga keotentikan cita rasanya.

Tidak hanya khas, mi tek-tek Nunjungan juga fenomenal karena sebagian besar warganya  merupakan pedagang mi tek-tek. Lokus berjualan mereka tidak hanya di Kecamatan Godong saja, namun sudah lintas kecamatan, bahkan lintas kota dan kabupaten seperti Pati, Kudus, Demak, dan Semarang.

Di Godong sendiri, ada banyak dijumpai pedagang mi tek-tek dari Dusun Nunjungan. Ada yang berjualan keliling, ada yang mangkal di suatu tempat.

Bila Anda sedang perjalanan Semarang – Purwodadi atau sebaliknya di malam hari, Anda bisa berburu mi tek-tek Nunjungan. Hampir di setiap sudut kota Godong terdapat penjual mi tek-tek, sejak lepas maghrib hingga tengah malam. Berikut ini tiga di antaranya yang saya rekomendasikan:

  1. Mi tek-tek Lik Kirno, Berjualan Sejak 2009

Lik Kirno sedang membuatkan mi tek-tek pesanan pembelinya. (Smartgro/Badiatul M. Asti)

Salah satu warga Dusun Nunjungan yang berprofesi sebagai pedagang mi tek-tek adalah Sukirno atau yang akrab disapa Lik Kirno. Dalam berjualan mi tek-tek, Lik Kirno lebih memilih berjualan keliling daripada mangkal di suatu tempat.

Lik Kirno berjualan keliling mi tek-tek sejak tahun 2009. Sebelumnya, dia murni menggantungkan sumber ekonominya dari menggarap sawah.

Sebagai petani dia merasa banyak jeda waktu “menganggur”. Tercetuslah ide menggunakan waktu malamnya berjualan mi tek-tek yang memang umum dijadikan sumber ekonomi warga Dusun Nunjungan.

Lik Kirno menjajakan mi tek-teknya setiap malam menggunakan gerobak dorong. Resep mi tek-teknya diperoleh dari mertuanya—yang dulu juga dikenal sebagai pedagang mi tek-tek.

Rute berjualan Lik Kirno sejak awal berjualan sampai sekarang tidak pernah berubah. Setiap malam Lik Kirno menjajakan mi tek-teknya di sepanjang Jalan Much Kurdi, Desa Bugel. Sampai di ujung jalan, lalu belok ke utara, menyusuri jalan pinggir kanal yang membelah Desa Bugel.

Setelahnya, sekira jam 22.00, Lik Kirno mangkal di pinggir jalan raya Purwodadi – Semarang, tepatnya di sebelah Bakso Dewa, sampai mi-nya habis.

  1. Mi tek-tek Lik Ndan, Berjualan Sejak 1992

Lik Ndan atau bernama lengkap Khamdan adalah warga Dusun Nunjungan yang juga menekuni profesi sebagai pedagang mi tek-tek. Namun Lik Ndan memilih mangkal di suatu tempat daripada berjualan secara berkeliling.

Setiap malam, mulai lepas magrib, Lik Ndan mangkal berjualan mi tek-tek di Jalan A. Yani, Desa Bugel, tepatnya berada di seberang sentra persalinan Puskemas Godong 1.

Mi tek-tek Lik Ndan termasuk favorit karena banyak pelanggannya. Setiap malam, kedainya selalu ramai oleh pengunjung.

Lik Ndan sendiri mengaku telah berjualan mie tek-tek sejak tahun 1992. Dia mengikuti jejak ayah dan mertuanya yang juga dikenal sebagai pedagang mie tek-tek. Ayahnya bahkan pernah berjualan mie tek-tek di daerah Prawoto, Kabupaten Pati.

  1. Mi Tek-tek Mbah Lapiyo, Berjualan Sejak 1975

Mbah Lapiyo sedang menyiapkan mi tek-tek pesanan pelanggannya. (Smartgro/Badiatul M. Asti)

Warga Dusun Nunjungan lainnya yang memilih profesi sebagai pedagang mi tek-tek adalah Mbah Lapiyo. Bahkan, boleh dibilang, Mbah Lapiyo termasuk generasi awal pedagang mi tek-tek dari Dusun Nunjungan. Tercatat, Mbah Lapiyo telah berjualan mi tek-tek sejak 1975.

Saat ini Mbah Lapiyo yang lahir tahun 1952 berjualan mi tek-tek mangkal di depan Bengkel Ahass Koko Motor, Jalan A Yani No. 99, Desa Bugel. Sebelumnya, Mbah Lapiyo telah malang melintang berjualan mi tek-tek di sejumlah tempat di luar daerah.

Mbah Lapiyo pernah berjualan mi tek-tek di Semarang. Setelah itu di Purwodadi, lalu di Demak, dan kemudian pindah lagi di tempat mangkalnya yang sekarang. Jejak Mbah Lapiyo sebagai pedagang mi tek-tek diikuti oleh ketiga anaknya.

Demikian mi tek-tek yang saya rekomendasikan saat perjalanan malam Semarang – Purwodadi atau sebaliknya. Atau sedulur punya rekomendasi lain?

Editor: Abu Fathan

Penulis dan citizen journalist yang menyukai (kajian) Islam, kuliner, dan sejarah.

Anda Mungkin Juga Menyukainya
Telah terbit buku GROBOGAN UNTOLD STORY

Mengupas cerita-cerita yang jarang diungkap menyangkut tokoh, tradisi, dan kuliner Grobogan

Promo Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau !

You cannot copy content of this page